Wednesday, 3 December 2014

ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR



1. Latar Belakang
Asfiksi neonatonum adalah suatu keaadan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Hutchison, 1967). Asfiksi disebabkan karena adanya gangguan perubahan gas dan pengangkutan O2 dari ibu ke janin, hal ini bisa dari faktor ibu (missal: hipoksia ibu), placenta (misal: solusio placenta dan placenta previa ), fetus (misal: tali pusat menumbung, lilitan tali pusat) dan neonatusnya sendiri (misal: pemakaian analgesik berlebih, kelinan konginetal)

2.Definisi
Asfiksi neonatonum adalah suatu keaadan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Hutchison, 1967). 3.EtiologiAdanya gangguan perubahan gas dan pengangkutan O2 dari ibu ke janin. 4.Penyebab Kegagalan Pernafasan
  • Faktor Ibu
Hipoksia ibu    : terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgenika / anestesia dalam gangguan aliran darah uterus ditemukan pada keadaan gangguan kontraksi, misalnya hepertoni, hipotani atau tetani, hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi pada penyakit eklamsia.
  • Faktor Plasenta
Misalnya pada solusia plasenta, perdarahan plasenta.
  • Faktor Fetus
Gangguan aliran darah ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, tali pusat melilit leher,kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
  • Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir terjadi karena beberapa hal :1.      Pemakaian obat anestesia /  anelgenetika yang berlebihan.2.      Trauma pada persalinan misalnya pendarahan intrakronial3.      Kelainan kogenital pada bayi.Misalnya :     - Hernia diaframa                     - Atresia/stenosis saluran pernafasan                     - Hipoplasia paru

Perubahan HomeostatisAsfesia bayi biasanya disertai :1.      Asidosis respiratorik2.      Asiadosis metabocik3.      Gangguan kardiovaskuler 
 5.Pemeriksaan DiagnosaAsfiksia biasanya merupakan kelanjutan anoxia / hipoxia janin diagnosa anoxia / hipoxia janin akibat dilakukan selama persalinan dengan beberapa cara antara lain. 
  •  Menilai DJJ Dengan Cara
Menghitung frekwensi dengan jantung atau mengawasi terus menerus EKG, bila janin dalam keadaan anoksia / hipoksia, maka frekwensi jantungnya mulai meningkat sampai 180x/mnt.
  • Memeriksa Air Ketuban
Adanya meconium dalam air ketuban pada bayi dengan letak kepala merupakan tanda-tanda adanya depresi pada janin.


  • Pemeriksaan PH darah janin
Contoh dari kulit kepala janin dapat diambil apabila mulut rahim telah membuka. Apakah Ph darah < 7,2 di anggap bayi dalam keadaan bahaya. 
6.PENGKAJIAN1.      Identitas-          Nama ibu-          Alamat-          Umur 2.      Riwayat kehamilan ibu-          Apakah pernah menderita kel. Kehamilan-          Aklamsia, hipotensia 3.      Riwayat persalinan ibu-                                  Apakah persalinan normal-                                  SC-                                  Forcep dll 7. PEMERIKSAAN FISIK1.      Keadaan umum bayiBayi kelihatan lemah, merintih, reflek gerak lambat.2.      Sistem kardiovaskuler-    Nafas sesak-    Frekwensi lebih dari 60x/menit-    Pernafasan cuping hidung-    Pernafasan dada dan perut3.      Sisrtem pencernaan-    Mulut     : reflek menghisap lemak-    Perut       : tidak kembung, tymponi pada auskultasi-    Anus       : normal 4.      Intergumen-    Lemak subcutan sedikit-    Extremitas / akrat dingin-    Bayi tampak pucat-    Rambut lanugo ada5.      Muskuluskeletal-    Tonus otot axt flexi-    Reflek gerakan sedikit 8. ANALISA DATA
Kelompok data
Kemungkinan penyebab
Masalah
-     Bayi sianosis
-     Reflek gerakan dedikit
-     Terlihat penggunaan otot
-     Bantu pernafasan
-     Dispnoe

-     Suhu tidak tetap
-     Sianosis
-     Membran mukasa pucat

-     Bayi puasa
-     Turgor jelek
-     Jaringan subcutan lembek
-     Reflek hisap lemak

-    Sesak
-    Jaringan subcutan lembek

-    Jaringan lembek
-    Bayi imobilisasi
Immaturitas otot
pernafasan





Imatur sistem
thermoregulasi


Puasa
Intake kurang




Output berkurang
Akibat pembesaran pada nafas

Imobilitas

Pola nafas
Tidak efektif





Tidak efektifnya thermoregulasi/hipotemi


Nutrisi kurang





Defisit vol. Cairan



Resti gangguan integritas kulit
  9. MASALAH KEPERAWATAN1.      Pola nafas tidak efektif b/d imatur sistem pernafasan.2.      Hipotermi b/d imatur sistem termoregulasi.3.      Gangguan pemeriksaan kebutuhan nutrisi b/d intake yang kurang.4.      Defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan akibat dari peningkatan pola nafas.5.      Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imobilitas.6.      Perubahan proses keluarga b/d situasi krisis bayi yang sakit.  
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.  Pola nafas tidak efektif
b/d imaturitas sistem pernafasan.







2.  Hipertensi b/a imaturitas thermogulasi

























3.  Defisit vol. Cairan b/d pengeluaran cairan yang berlebih akibat peningkatan pola nafas.












1.   Jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria :
-    RR > 60x.menit
-    Tidak ada penggunaan alat pernafasan.
-    Whashing
-    AGD dalam batas (N) :
-    Ph     = 7,35-7,45
-    PCO2 = 35-45 mmhg
-    PO2     = 50-80 mmgh


1.   Cairan seimbang dengan  kriteria :
-    Membran mukasa lembab
-    Turgor kulit baik
-    Pengisian kapiler cepat
-    TTV stabil :
-    RR : 30-60x/menit
-    N   : 110-1670x/menit
-    S   : 36-36C



















1.     Cairan seimbang dengan kriteria :
-    Membran mukosa lembab
-    Turgor kulit baik
-    Pengisian kapiler cepat
-    TTV stabil :
-    RR : 30 – 60 x/mnt
-    N : 110 – 160 x / mnt
-    S : 36 – 367o C








1.    Bersihkan hidung dan mulut dari mukus.


2.    Berikan O2 dengan nasacanul 2 tts/menit


3.    Obstetri TTV (RR & N)



1.    Kontrol suhu lingkungan.








2.    lakukan prosedur di area yang hangat atau inkubator


3.    Observasi bayi terhadap stress dingin seperti takipnea, apnea, perubahan warna dan hypoglocemia
4.    Berikan cadangan kalori untuk memperbaiki keadaan hipoglekemia dan menstabilkan AGD
5.    Periksa suhu secara bertahap sampai stabil.

6.    Berikan pakaian untuk melindungi bayi dari kehilangan panas.  


1.    Kaji Turgor kulit, kelembaban, membran mukosa.


2.    Pantau masukan, pengaluaran, catat warna dan karakter uruine

3.    Hitung keseimbangan cairan.


4.    Waspadai kehilangan cairan yang tak tampak.

5.    Ukur berat badan secara periodik.
6.    berikan cairan tambahan perinfus sesuai keperluan.

1.     Mukus yang banyak akan menghalangi jalan nafas, dengan dibersihkan akan memperlancar pernafasan.
2.     Pemberian O2 akan manambah oksinasi dalam jaringan, O2 terlalu banyak akan masuk paru
3.     RR dan nadi yang menaikan menandakan jalan nafas tidak efektif.


1.     Suhu lingkungan akan mempengaruhi suhu tubuh bayi, suhu tubuh bayi, suhu tubuh yang rendah akan mengakibatkan metabolisme jaringan meningkatkan dan memperberat asidosis metabolik sehingga kebutuhan O2 meningkat.
2.     Pada area yang hangat bayi tidak akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi konduksi dan radiasi.
3.     Observasi yang ketat akan menghindarkan bayi jatuh ke dalam suatu traumadis (cold enjury)
4.     Pemberian cadangan kalori bermanfaat untuk metabolisme.


5.     mengatahui secara dini tanda “hipoterni” seperti suhu : 35oC, warna kulit tampak biru.
6.     kehilangan panas badan / suhu tubuh yang mengakibatkan metabolisme jaringan meningkat dan per berat.

1.     Turgor kulit menurun,membran mukosa tampak kering menandakan bayi dalam keadaan dehidrasi.
2.     Supaya tahu uotputnya seimbang dan dapat mengetahui secara dini apabila terjadi sesuatu.
3.     Cairan yang seimbang menandakan tidak adanya defisit cairan.
4.     kehilangan cairan yang tak tampak : seperti nafas sulit, dideteksi maka perlu waspada
5.     Mengetahui keberhasilan intevensi.
6.     Pemberian cairan perinfus mengatahui keadaan kekurangan cairan
 
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
4.   Resiko tinggi gangguan nutrisi b/d ketiidakmampuan mencerna makanan / imaturitas saluran cerna.




































5.  Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan mobilisasi
1.      Nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
Berat badan naik / dipertahankan.



































Integritas kulit utuh dengan kriteria :
-    Tidak terjadi iritasi pada kulit
-    Turgor kulit normal
1.    Early feeding untuk mencegah penurunan BB > 10%, hipoglikemi, hiperbilirubinemia
·      Pedoman : puasa 2 jam dextrosa 5%.
Frekwensi minum.
a.  BB 1250 gram x/24 jam
b.  BB 1250-2000 gram =12x/24jam.
c.  BB >2000gram 8x/24 jam
d.  Jumlah cairan :
·   Jumlah cairan :
a.  hari I   60 cc/kg BB/hr.
b.  hari II  90cc/kg BB/hr
c.  hari III 120cc/kg BB/hr
d.  hari IV 150cc/kg BB/hr
e.  hari seterusnya 180-200cc/kg BB/hr
·   Jumlah kalori
110-140 ka /kg bb/hr.
·   Jumlah protein
3-69 gram/kg BB/hr
·   Jumlah karbohidrat
10-15 gram/kg BB/hr
·   Jumlah lemak
5-7 gram/kg BB/hr
·   Macam nutrisi
Asi, ASS/ air susu sapi.
(cak residu lab) parenterae
2.   Cegah pnemonia aspirasi













1.     Beri selimut untuk mencegah iritasi.


2.     Cuci tangan sebelum kontak dengan bayi.



3.     Ganti alat inkubator setiap minggu.



4.     Rubah posisi bayi setiap 2 jam.





























Pneumonia aspirasi dapat dicegah denan cara :
Mencegah pneumonia aspirasi akan mengurangi resiko infeksi lanjut.
-   Saat minum posisi kepadla 30o.
-   Bersihkan sisa-sisa susu dimulut.
-   Minum sedikit penambah susu tidak melebihi 30 mnt / hari.
-   Sendawakan setelah minum.
1. Selimut terutama yang tidak keras mengurangi gesekan langsung.
2. Dengan cuci tangan, tangan terhindar dari kotoran sehingga tidak akan mengiritasi kulit bayi.
3. Dengan mengganti alat-alat inkubator seperti lampu akan mempertahankan suhu.
4. Aliran darah disekitar jaringan yang terhindar akan kembali lancar, bila tidak dirubah posisi bisa terjadi dicubitus.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional

6. Perubahan proses keluarga b/d situasi krisis bayi yang sakit.




Perubahan proses keluarga positif denan kriteria :
1.     Ada hubungan positif orang tua dan bayi.

2.Orang tua mempunyai koping yang efektif.








1.    Jelaskan pada ibu tanda asfiks.



2.    Jelaskan pada ibu tentang pencegahan asfiksia.







3.    Anjurkan ibu untuk mengkaji penyebab asfiksia misalnya : sumbatan
1. Tanda-tanda asfiksia (seperti bayi kesulitan bernafas, merintih, warna kulit kebiruan) adalah tanda-tanda afiksia yang harus dikenali si ibu.
2. Dengan mencegah asfiksa bayi terhindar dari kejadian yang lebih fatal.
Pencegahan :
-  Memberikan posisi
   yang nyaman pada bayi.
-   Perhatikan posisi bayi pada waktu menyusi agar hidung dan mulut tidak tertutup.
3. Segera mendapat pertolobngan apabila terjadi asfiksia.

 DAFTAR PUSTAKA
  1. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta: EGC.
  1. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. 1985. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
  1. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
  1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
  1. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Acuan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

No comments:

Post a Comment