Wednesday, 3 December 2014

HIPERTENSI, HYPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PIH (Pregnancy Induced Hypertensi), PREEKLAMSI DAN EKLAMSI


HYPERTENSI
1.    Definisi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Menurut  penyebabnya, hypertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a.   Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer.
b.  Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain.
2.    Faktor pemicu terjadinya hypertensi
a.    Faktor keturunan
b.    Faktor lingkungan
c.    Kegemukan
3.    Gejala klinis hypertensi
Pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang  
Batasan hipertensi menurut WHO, tanpa memandang usia dan jenis kelamin adalah :
a.     Tekanan darah < 140/90 mmHg, disebut Normotensi.
b.    Tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan Hipertensi pasti.
c.     Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/95 mmHg disebut Hipertensi perbatasan.
Dengan memperhatikan tekanan sistolik, WHO membagi hipertensi menjadi :
a.    Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104 mmHg, disebut Golongan Rendah
b.    Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105 mmHg, disebut Golongan Tinggi.
4.    Pengobatan hypertensi
a.    Pengobatan non farmakologi
1)   Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan.
2)   Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3)   Ciptakan keadaan relaks.
4)   Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5)   Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
b.    Pengobatan farmakologi
1)   Diuretik
2)   Simpatetik
3)   Betabloker
4)   Vasodilator

HYPERTENSI DALAM KEHAMILAN

1.    Hypertensi Esensial
a.    Definisi
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata. Hipertensi esensial, meliputi 90 % dari seluruh penderita hipertensi, dan 10 % sisanya adalah hipertensi renal atau hipertensi sekunder.
b.   Tanda dan gejala
Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai  140/90 mmHg. Yang membedakannya dengan preeklamsia yaitu faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat edema atau proteinuria.
Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas normal, selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-kadang lebih tinggi.
c.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hypertensi esensial
1)      Pola makan, adalah dimaklumi saat ini ada pergeseran pola makan dari vegetarian ke arah konsumsi makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi.
2)      Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, semakin banyaknya perokok di usia muda karena gencarnya iklan rokok di media masa.
3)      Kemudahan transportasi, mendorong orang untuk malas bergerak secara fisik akan menambah timbunan cadangan makanan dalam bentuk lemak sehingga timbul obesitas, yang merupakan faktor resiko dari hipertensi.
d.   Penegakan diagnosa
1)      Anamnesa
a)      70-80% kasus hipertensi esensial di dapat riwayat hipertensi dalam keluarga.
b)      Sebagian besar hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya 20% timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.
c)      Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala, rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines atau migren, sampai keluhan mudah marah.
d)     Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi di Paris adalah sbb : gejala sakit kepala menduduki urutan pertama (40,5%), disusul palpitasi (28,5%), nokturi (20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus (13,8%).
e)      Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari komplikasi yang timbul, seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala gagal jantung, dan gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak jarang hal ini menjadi penyebab utama penderita untuk datang periksa ke dokter.
f)       Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan terapi adalah :
i)          Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi : informasi pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek samping yang mungkin timbul.
ii)        Penyakit yang sedang atau pernah di derita seperti diabetes militus, penyakit ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid.
iii)      Kemungkinan penderita sedang mengkonsumsi obat karena penyakit lain, yang mungkin menimbulkan efek samping kenaikan tekanan darah, seperti golongan steroid, golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan simpatomimetik.
iv)      Kebiasaan makan penderita (terutama asupan garam), minuman alkohol dan konsumsi rokok.
v)        Faktor stres psikis.
vi)      Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan (pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat kontrasepsi.
2)      Pemeriksaan fisik
Kenaikan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinik hipertensi esensial, sehingga diperlukan hasil pengukuran darah yang akurat.
a)      Beberapa faktor akan mempengaruhi hasil pengukuran, seperti faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran harus mendapat perhatian.
b)      Pengukuran ideal dilakukan dengan cara :
i)          Pengukuran dilakukan setelah penderita berbaring selama 5 menit.
ii)        Pengukuran dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan interval 5-10 menit.
iii)      Tensi dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per-denyut jantung.
iv)      Tekanan sistolik dicatat saat terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) dan tekanan diastolik dicatat pada saat pertama bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).
c)      Pemeriksaan terhadap kemungkinan komplikasi sebaiknya dilakukan, agar bisa dilakukan tindakan atau terapi sedini mungkin.
d)     Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar tekanan diastolik paling mudah diterapkan dalam pelayanan kesehatan primer khususnya di Puskesmas, yaitu :
i) Hipertensi Ringan : bila tekanan diastolik antara 90 – 110 mmHg
ii)   Hipertensi Sedang : bila tekanan diastolik antara 110 -130 mmHg
iii) Hipertensi Berat : bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg
e.    Penatalaksanaan
1)   Prinsip penatalaksanaan
a)      Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita.
b)      Meningkatkan kemungkinan kwalitas dan harapan hidup penderita.
c)      Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang sudah terjadi.
2)   Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum adalah penatalakasanaan tanpa obat-obatan, terutama pada pengobatan hipertensi ringan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah :
a)      Diet rendah garam
b)      Diet rendah lemak
c)      Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol.
d)     Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.
e)      Olah raga teratur
f)       Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat
g)      Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pare, ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah.
h)      Wanita hamil dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat dan harus dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Kesejahteraan janin dipantau ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan.
i)        Jika ditemukan tekanan darah  160/100 mmHg, harus dirawat di rumah sakit.
j)        Dilakukan induksi persalinan apabila tekanan darah meningkat atau terdapat tanda-tanda Intra Uterine Growth Retardation (IUGR). jika keadaan berbahaya atau lebih akut, persalinan dapat dilakukan dengan cara Sectio caesarea.
3)   Medikamentosa
a)      Golongan diuretik
b)      Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)
c)      Golongan Blok Ganglion
d)     Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)
e)      Golongan Antagonis Kalsium

PIH (Pregnancy Induced Hypertensi)
a.    Definisi
Hipertensi kehamilan atau kehamilan-induced hypertension (PIH) didefinisikan sebagai pengembangan baru hipertensi arteri dalam hamil wanita setelah kehamilan 20 minggu tanpa kehadiran protein dalam urin.
Kehamilan hipertensi yang diinduksi (PIH) adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Kehamilan-induced hipertensi-yang juga dapat disebut pre-eklampsia, toksemia, atau toxemia kehamilan-merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan akibat retensi cairan, dan protein dalam urin.
b.   Penyebab
Penyebab pasti dari PIH tidak diketahui.
c.    Yang beresiko terkena PIH
1)      Usia di bawah 20 atau di atas usia 35
2)      Primigravida
3)      Memiliki riwayat penyakit hipertensi kronis, diabetes sebelum hamil, penyakit ginjal
4)      Memiliki riwayat PIH atau memiliki kerabat wanita dengan riwayat PIH
5)      Kelebihan berat badan
6)      Memiliki gangguan sistem kekebalan, seperti lupus atau rheumatoid arthritis
7)      Memiliki riwayat penggunaan alkohol, narkoba, atau tembakau
8)      Wanita hamil dengan kehamilan kembar
d.   Tanda dan gejala
1)      Ringan: tekanan darah tinggi, retensi air, dan protein dalam urin.
2)      Berat: sakit kepala, penglihatan kabur, ketidakmampuan untuk mentolerir dengan mudah cahaya terang, kelelahan, mual / muntah, buang air kecil dalam jumlah kecil, nyeri di perut kanan atas, sesak napas, dan kecenderungan untuk memar.
3)      Gejala lain dari PIH termasuk sakit perut, perubahan refleks, bintik-bintik di depan mata, darah dalam urin.
e.    Diagnosa
1)      Selama prenatal rutin dilakukan pemeriksaan dan pemantauan berat badan tekanan darah dan protein urin
2)      Dilakukan tes darah tambahan jika di curigai PIH
3)      Jika PIH dicurigai, tes non-stres dapat dilakukan untuk memonitor bayi.

f.     Penatalaksanaan
1)   Jika PIH ringan, dapat diobati di rumah.
2)   Istirahat, berbaring pada sisi kiri supaya berat bayi tidak menekan pembuluh darah utama.
3)   Meningkatkan pemeriksaan kehamilan.
4)   Konsumsi sedikit garam.
5)   Minum 8 gelas air sehari.
6)   Jika PIH menjadi lebih buruk, perlu dirawat di rumah sakit di mana akan dilakukan dimonitor lebih intensif.
7)   Tekanan darah tinggi diobati dengan obat, dan magnesium diberikan melalui infus untuk mencegah kejang.
g.    Bahaya PIH
1)   Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
2)   Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
3)   Preeklamsia
4)   Eklamsia

Preeklamsi
a.    Preeklamsi ringan
1)   Definisi
Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas
2)   Etiologi
Penyebab pre-eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
3) Gejala klinis dan Diagnosis
a)    Kehamilan lebih 20 minggu.
b)   Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
c)    Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai.
d)   Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
4)   Penatalaksanaan
a)    Jika kehanilan <37 2="" :="" ada="" dan="" jalan="" kali="" lakukan="" minggu="" o:p="" penilain="" perbaikan="" rawat="" secara="" seminggu="" tanda-tanda="" tidak="">
i)        Pantau tekanan darah, protenuria, refleks dan kondisi janin.
ii)      Lebih banyak istirahat
iii)    Diet biasa
iv)    Tidak perlu diberi obat-obatan
v)      Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
-       Diet biasa;
-       Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari;
-       Tidak perlu obat-obatan;
-       Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau ggal ginjal akut;
-       Jika tekanan diastol turun sampai normal pasien perlu dipulangkan : nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklamsi berat, kontrol 2 kali seminggu, Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali.
-       Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan pasien harus tetap dirawat;
vi)    Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan;
vii)  Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat
b)   Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
i)     Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
ii)   Jika servik belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley, atau terminasi dengan seksio sesarea

b.   Preeklamsi berat
1)   Definisi
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2)   Gejala dan diagnosa
Preeklamsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gelaja berikut :
a)    Tekanan diastolik > 110 mmHg
b)   Proteinuria ≥ 2+
c)    Oliguria < 400 ml per 24 jam
d)   Edema paru : napas pendek, sianosis, rhonkhi (+)
e)    Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
f)    Gangguan peglihatan : skotoma atau penglihatan berkabut
g)   Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesik biasa
h)   Hiperrefleksia
i)     Mata : spasme arteriolar, edema, ablosio retina
j)     Koagulasi : koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
k)   Pertumbuhan janin terhambat
l)     Otak : edema serebri
m) Jantung : gagal jantung
3)   Asuhan kebidanan pada Preeklamsia berat
a)    Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC
b)   Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion
c)    Edema pada muka yang memberat
d)   Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per minggu atau peningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.
e)    Rujuk jika terjadi salah satu penyimpangan yang menjurus pada tanda-tanda preeklampsia
4)   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di rumah sakit :
a)    Preeklamsi berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
i)     Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya sebagai berikut :
-       Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskuler, kemudian di susul dengan dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontraindikasi)
-       Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan
-       Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan di timbang seperti pada preeklampsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
-       Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
ii)   Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
b)   Preeklampsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
i)          Penderita dirawat inap :
-       Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
-       Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
-       Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gram intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gram di bokong kiri.
-       Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gram setiap 4 jam
-       Syarat pemberian MgSO4 adalah: refleks patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 kali per menit dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc
-       Infus dekstrosa 5 % dan ringer laktat.
ii)        Berikan obat antihipertensi : injeksi catapres 1 amp im dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 x ½ tablet atau 2 x ½ tablet sehari.
iii)      Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat oedema umum, oedema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikan 1 amp intravena lasix.
iv)      Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
v)        Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vacum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan.
vi)      Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri
vii)    Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gram setiap 4 jam dalam 24 jam post partum
viii)  Bila ada indikasi obstetrik dilakukan Sectio Sesarea.


Eklamsi
a.    Definisi
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma.
Eklampsi merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre eklampsi.


b.   Etiologi
Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari preeklampsia/ eklampsi masih belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1)   Peran Prostasiklin dan Tromboksan
2)   Peran Faktor Imunologis
3)   Peran Faktor Genetik/Familial
c.    Tanda dan gejala
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala preeklamsia berat dan kejang. Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya preeklamsi dengan gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul kejangan, konvulsi eklamsi dibagi 4 tingkat yaitu :
1)   Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 menit. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2)   Tingkat kejangan tonik. Berlangsung lebih 30 menit, dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhent, muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3)   Tingkat kejangan klonik. Berlangsung 1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa akan menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar, kejadian kronik ini akan demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4)   Tingkat koma. Lamanya koma tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
d.   Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis preeklamsia-eklamsia. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.
Pada
preeklamsia-eklamsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain:
1)   Adhesi dan agregasi trombosit.
2)   Gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
3)   Terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit.
4)   Produksi prostasiklin terhenti.
5)   Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
6)   Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
e.    Penanganan
1)   Penanganan kejang
a)    Beri obat anti konvulsan
b)   Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker oksigen, oksigen)
c)    Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d)   Aspirasi mulut dan tenggorokan
e)    Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f)    Bari O2 4-6 liter/menit
2)   Penanganan umum
a)    Segera rawat
b)   Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
c)    Jika pasien tidak bernapas : bebaskan jalan napas, beringkan pada satu sisi, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d)   Jika pasien syok lakukan penanganan syok
e)    Jika ekanan diastol > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastol diantara 90-100 mmHg
f)    Pasang infus ringr laktat dengan jarumbesar (16 gauge atau >)
g)   Ukur keseimbangan cairan untuk pengeluaran volume dan proteinuria
h)   Jika jumlah urine < 30 ml per jam : infus cairan dipertahankan, pantau kemungkinan edema paru.
i)     Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin
j)     Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
k)   Auskultrasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru; krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan, dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg IV.
l)     Nilai pembukaan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi, sesudah 7 menit, kemungkinan terjadi koagulopati.
3)   Penanganan di Puskesmas
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskesmas, maka secara prinsip, kasus-kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan-persiapan yang dilakukan dalam merujuk penderita adalah sebagai berikut:
a)    Menyiapkan surat rujukan yang berisikan riwayat penderita.
b)   Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip lidah).
c)    Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi, antihipertensi,  oksigen, cairan infus dextrose/ringer laktat
d)   Pada penderita terpasang infus dengan blood set.
e)    Pada penderita eklampsia, sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv, dalam perjalanan diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam maintenance drops, selain itu berikan oksigen.
4)   Pemberian magnesium sulfat untuk preeklamsia dan eklamsia
a)    Alternatif I Dosis awal
i)     MgSO4 4g IV sebagai larutan 40 % selama 5 menit
ii)   Dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6g IM dalam larutan ringer laktat selama 6 jam
iii) Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2g IV selama 5 menit
b)   Dosis pemeliharaan
MgSO4 1g/ jam melalui infusan ringer laktat/ringer asetat yang diberikan sampai 24 jam postpartum
c)    Alternatif II dosis awal
MgSO4 4g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
d)   Dosis pemeliharaan
i)     Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5g IM dengan 1 ml lignokain (dalam spuit yang sama)
ii)   Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4 
iii) Frekuensi pernapasan minimal 16 kali/menit
e)    Sebelum pemberian MgSO4, periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit, reflek patella (+), urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
f)    Stop pemberiam MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < 16 kali/menit, reflek patella (-), urin < 30 ml/jam
g)   Siapkan antidotum : jika terjadi henti napas ; bantu dengan ventilator, beri kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10 %) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
5)   Pemberian diazepam untuk preeklamsia dan eklamsia
a)    Dosis awal
i)     Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
ii)   Jika kejang, ulangi pemberian sesuai dengan dosis awal
b)   Dosis pemeliharaan
i)     Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
ii)   Depresi pernapasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam
iii) Jangan berikan > 100mg/24jam
7)      Perawatan Post Partum
a)      Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
b)      Teruskan terapi hypertensi jika tekanan diastilik masih > 90 mmHg
c)      Lakukan pemantauan jumlah urine
e.    Bahaya eklamsia
1)   Bagi ibu
     Perbedaan konvulsi dan kelelahan, jika frekuensi berulang hati gagal berkembang. Jika kenaikan hipertensi banyak, pada ibu dapat terjadi cerebral hemorrhage. Pasien dengan oedem dan oliguria. perkembangan paru-paru dapat bengkak atau gagal ginjal.  Inhalasi darah atau mucus dapat menunjukkan asfiksia atau pneumonia.  Dapat terjadi kegagalan hepar. Dari komplikasi-komplikasi ini dapat terjadi kefatalan.  Angka kematian ibu dari eklampsi di UK pada tahun 1991-1993 adalah 11. Dalam lebih dari setengah terdapat kematian ibu dan hanya satu atau dua yang selamat.
2)   Bagi janin.
Dalam eklampsi antenatal janin dapat terpengaruh dengan ketidakutuhan plasenta.  Ini menunjukkan retardasi pertumbuhan intrauterine dan hipoksia.  Selama sehat ketika ibu berhenti bernafas supply oksigen ke janin terganggu, selanjutnya berkurang.  Angka kematian perinatal sebanyak 15%.  Konvulsi intrapartum sangat berbahaya untuk janin karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan karena kontraksi uterus.
3)   Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin:
a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogen
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Kelainan ginjal
i. Prematuritas
j. Komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, dan fraktur karena jatuh dan DIC)

No comments:

Post a Comment