Wednesday, 3 December 2014

HIPER EMESIS GRAVIDARUM



Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum.
Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan.
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidak seimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. 
A.    Definisi
Hyperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan saat hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari - hari sehingga menimbulkan kekurangan cairan serta terganggunya keseimbangan elektrolit.
B.     Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi.
C.      Faktor predisposisi
1.      Faktor adaptasi dan hormonal.
4
 
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum.
2.      Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan , keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
3.      Faktor alergi Pada kehamilan
Pada faktor ini diduga karena adanya invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.

D.    Patofisiologi
Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan derta pemberian obat penenang dan anti-muntah. Tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik. Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium, kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akaan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang.
Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana demikian dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil dan mengagetkan keluarganya. Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak banyak dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.

E.     Gejala Klinik
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat:
1.      Tingkatan I
a.       Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1)      Dehidrasi : turgor kulit turun
2)      Nafsu makan berkurang
3)      Berat badan turun
4)      Mata cekung dan lidah kering
b.      Epigastrium nyeri, karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus.
c.       Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d.      Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit.
e.       Tampak lemah dan lemas
2.      Tingkatan II
a.       Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1)      Turgor kulit makin turun
2)      Lidah kering dan kotor
3)      Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b.      Kardiovaskuler
1)      Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2)      Nadi kecil karena volume darah turun
3)      Suhu badan meningkat
4)      Tekanan darah turun
c.       Liver, Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
d.      Ginjal, Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan :
1)      Oliguria
2)      Anuria
3)      Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e.       Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3.      Tingkatan III
a.       Keadaan umum lebih parah.
b.      Muntah berhenti.
c.       Sindrom mallory weiss.
d.      Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma.
e.       Terdapat ensefalopati werniche :
1)      Nistagmus
2)      Diplopia
3)      Gangguan mental
f.       Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperatur meningkat
g.      Gastrointestinal
1)      Ikterus semakin berat
2)      Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h.      Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

F.     Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari - hari dan dehidrasi. Muntah yang terus - menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit.

G. Pencegahan
  1. Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :

  1. 1)     
  2. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
  3. 2)      Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
  4. 3)       Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
  5. 4)      Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
  6. 5)      makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
  7. 6)      Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
  8. 7)      Defekasi teratur.
  9. 8)       Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
  10.  

H.  Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
  1. a)      Obat – obatan

·      Sedativa : phenobarbital
·      Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
·      Anti histamin : Dramamin, avomin
·      Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
  1. b)      Isolasi

·      Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
·      Catat cairan yang keluar masuk.
·      Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
·      Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c)         Terapi psikologik
·      Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan.
·      Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan.
·      Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
d)        Cairan parenteral
·      Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari).
·      Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, Vitamin C).
·      Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
·      Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
e)    Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Ichsanx, Makalah Hiperemisis Gravidarum. Diakses pada tanggal 17 September 2011.http://ichsanx.blogspot.com

2.      Manuaba, Ida Bagus Gde, 2000, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
3.      Sarwono, Prawirohardjo, 2001, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. diakses pada tanggal 17 September 2011. http:/rentalhikari.wordpres.com 
 

No comments:

Post a Comment