KOMPLIKASI
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
DEHIDRASI
A.
PENGERTIAN
Dehidrasi
adalah kondisi tubuh yang kekurangan cairan, merupakan akibat dari cairan yang
keluar lebih banyak dari yang masuk. Dehidrasi dapat berakibat fatal pada bayi.
Bayi yang mengalami dehidrasi, dapat mengalami berbagai kerusakan organ tubuh,
juga renjatan atau syok, bahkan kematian. Mengapa bisa begitu? Seperti halnya
orang dewasa, dehidrasi pada bayi terjadi karena tubuhnya kehilangan banyak
cairan. Padahal sekitar 70% tubuh manusia berisi cairan yang bermanfaat bagi
kelancaran aliran darah. Bila cairan itu berkurang maka aliran darah ke seluruh
tubuh akan mengalami gangguan. Padahal fungsi utama darah membawa oksigen dan
bahan makanan ke seluruh tubuh, terutama ke otak dan paru-paru sebagai organ
pengatur metabolisme tubuh.
Dehidrasi
paling sering terjadi pada bayi-bayi yang lahir dari ibu-ibu yang pertama kali
melahirkan dan masih baru dalam memberikan ASI serta mengasuh anak. Tanda-tanda
dehidrasi seringkali timbul saat pulang dari rumah sakit. Sebelumnya mungkin
terdapat persalinan sulit atau pemberian obat-obatan untuk nyeri sebelum atau
sesudah bayi dilahirkan. Hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi kurang aktif
atau mengantuk sehingga pemberian ASI menjadi tidak cukup. Seringkali, pemberian
botol tambahan berisi air atau produk susu formula diberikan di rumah sakit
alih-alih mengusahakan meningkatkan keterampilan menyusui, malah membuat bayi
tak mau menyusu.
Pada
situasi tertentu, kegagalan bayi untuk tumbuh atau dehidrasi dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan ibu untuk menghasilkan ASI yang cukup. Bagian plasenta yang
masih tertinggal dapat menunda diproduksinya ASI yang cukup. Operasi payudara
sebelumnya, khususnya reduksi payudara mungkin menyebabkan kerusakan saraf yang
penting atau jaringan kelenjar diangkat terlalu banyak. Mungkin adanya cacat
lahir atau cedera payudara yang sedang berkembang tidak memungkinkan laktasi
sepenuhnya.
Pada
beberapa laporan kasus, berkurangnya laktasi menyebabkan peningkatan kadar
natrium dalam ASI yang dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi baru lahir. Kadar
natrium yang berlebihan dapat juga terjadi ketika terdapat penundaan yang tidak
biasa dalam pematangan kolostrum menjadi ASI. Kadar natrium dapat dinormalkan
dengan konseling laktasi yang tepat, termasuk cara memompa di antara
waktu-waktu pemberian ASI untuk meningkatkan suplai ASI lebih cepat.
Kemungkinan
yang perlu dicari adalah apakah bayi tidak mampu mengisap dengan benar.
Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang menyusui sebaiknya melihat posisi
bayi pada payudara dan menentukan apakah latch-on dilakukan dengan benar atau
tidak. Ibu dapat dibantu dalam menentukan keadaan bayi ketika mengisap dan
dapat diajarkan bagaimana cara bekerja sama dengan bayinya untuk meningkatkan
ketrampilan menyusui. Menyusui yang sukses merupakan suatu kemitraan.
B.
PENYEBAB
Terdapat
beberapa penyakit penyebab terjadinya dehidrasi :
1.
Diare atau Muntaber
Hingga kini, diare
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi. Penyakit tersebut dapat
membuat bayi terinfeksi dengan gejala mual, muntah, dan berak berulang. Keadaan
ini menjadi semakin parah karena pada saat diare, nafsu makan dan minum bayi
jauh menurun. Kalaupun ada makanan/minuman yang bisa masuk, jumlahnya hanya
sedikit. Itu pun tak lama kemudian dikeluarkan kembali lewat muntah maupun pup.
Ditambah lagi, diare biasanya berlangsung hingga berhari-hari sehingga
perbandingan cairan yang masuk dan keluar jadi tidak seimbang. Sejumlah mineral
penting, seperti sodium, potasium, dan klorida jadi terbuang. Inilah yang menambah
risiko dehidrasi.
Diare sendiri umumnya
disebabkan asupan makanan yang terkontaminasi bibit penyakit ataupun racun.
Diare akibat makanan yang terkena kuman biasanya menimbulkan gejala bayi
berak-berak baru kemudian muntah. Sebaliknya, diare karena keracunan gejala
utamanya muntah baru diikuti diare.
2.
Pneumonia
Pneumonia (radang
paru-paru) bisa menyebabkan dehidrasi karena membuat bayi mengalami demam
tinggi dan napas terengah-engah. Hal ini akan membuat cairan, berupa uap air,
yang keluar dari paru-paru juga meningkat. Penanganan yang terlambat atau tidak
tepat bisa mengakibatkan dehidrasi.
3.
Kurang makan dan minum
Kasus seperti ini jarang
terjadi karena kalau lapar atau haus umumnya bayi akan menangis minta makan
atau minum. Namun mungkin saja bayi yang sedang sakit, terutama bila disertai
demam dan mual, kehilangan nafsu makan dan minum. Bila asupan makan dan minum
bayi sangat kurang selama 3-5 hari misalnya, dehidrasi bisa terjadi.
C.
KLASIFIKASI
1. Dehidrasi
Berdasarkan Derajatnya
a. Dehidrasi
ringan bila kehilangan cairan mencapai 5% berat badan
b. Dehidrasi
sedang bila kehilangan cairan mencapai 5%-10% berat badan
c. Dehidrasi
berat bila kehilangan cairan mencapai 10% berat badan
2. Dehidrasi
Berdasarkan Kadar Natrium
a. Dehidrasi
isotonik : bila kadar natrium pada plasma 130-150 mEq/l dan dapat disebut juga
sebagai dehidrasi isonatremia.
b. Dehidrasi
hipotonik : bila kadar natrium pada plasma kurang 130 mEq/l dan dapat disebut
juga sebagai dehidrasi hiponatremia.
c. Dehidrasi
hipertonik : bila kadar natrium pada plasma lebih dari 130-150 mEq/l dan dapat
disebut juga sebagai dehidrasi hipernatremia.
3. Dehidrasi
Berdasarkan Tonisitas Darah
a. Dehidrasi
isotonik : tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah
b. Dehidrasi
hipotonik : konsentasi elektrolit darah turun
c. Dehidrasi
hipertonik : konsentrasi elektronik darah naik, biasanya disertai rasa haus dan
gejala neurologis.
D.
TANDA
DAN GEJALA
Kondisi
dehidrasi pada bayi dibagi menjadi tiga: dehidrasi ringan, sedang, dan berat.
Berikut ciri-cirinya:
1. Dehidrasi
ringan
a. Menangis
tanpa air mata
Pada umumnya bayi menangis disertai
air mata. Segera waspadai bila ia menangis tetapi air matanya tidak kunjung
keluar.
b. Mulut
dan bibir kering
Kekurangan cairan akan membuat
hampir seluruh tubuh menjadi kering. Yang terlihat jelas adalah bagian mulut
dan bibir yang kering.
c. Turun
berat badan
Karena sedang mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat seharusnya berat badan (BB) bayi terus meningkat. Namun jika
yang terjadi malah sebaliknya, waspadalah. Tanda dari gejala dehidrasi ringan
yaitu BB bayi turun sampai 5 persen BB asalnya.
2. Dehidrasi
sedang
a. Ubun-ubun
cekung
Patokan lain untuk mengenali
dehidrasi pada bayi adalah dengan melihat ubun-ubunnya. Bila cekung, padahal
sebelumnya normal-normal saja dan saat itu bayi sedang diare, mungkin ia sedang
mengalami dehidrasi.
b. Jarang
buang air kecil (BAK)
Frekuensi BAK bayi cukup banyak,
yakni di atas 3 cc/kg BB setiap jamnya. Namun bayi yang mengalami dehidrasi
akan jarang mengeluarkan air seni. Popok bayi kering selama lebih dari beberapa jam dan tentu
tidak boleh kering selama lebih dari 5 atau 6 jam. Hal ini dapat terjadi bila
bayi dehidrasi karena tubuhnya menggunakan sedikit cairan yang diminum dan juga
hanya mengeluarkan sedikit cairan. Bilapun BAK, air seni
yang keluar sangat sedikit dan berwarna gelap. Frekuensi BAK dapat dilihat pula
dari berapa sering bayi ganti popok. Setelah hari pertama atau kedua, 6-8 popok
basah (5-6 popok sekali pakai, meskipun bisa jadi sulit menentukan basahnya
pada popok ini) dan 2-5 kali buang air besar setiap 24 jam berarti bayi cukup
disusui. Apabila bayi usia 3 atau 4 hari tidak buang air.
c. Mata cekung
Kekurangan cairan pun bisa membuat
mata bayi tampak cekung dan seakan terbenam.
d. Lemas dan mengantuk
Tak hanya orang dewasa yang merasa
lemas ketika haus, bayi pun demikian. Dia akan lemas bahkan mengantuk ketika
mengalami dehidrasi. Namun karena bayi tidak bisa mengungkapkannya hal ini lalu
ditunjukkan dengan perilakunya yang sering tidur. Bilapun terbangun dia hanya
tergolek di tempat tidur tanpa aktivitas berarti.
e. Kulit
pucat dan tidak elastik
Cairan di dalam tubuh berfungsi
juga untuk melembabkan kulit. Bila cairan tersebut sangat minim, maka kulit
tampak kering dan terlihat pucat. Untuk lebih memastikan cobalah mencubit kulit
bayi secara perlahan. Bayi positif mengalami dehidrasi jika setelah dicubit,
kulitnya tidak cepat kembali normal. Ini disebabkan kulitnya menjadi tidak
elastis dan kekenyalan tubuhnya berkurang.
f. Demam
Seperti layaknya orang dewasa, gejala dehidrasi pada bayi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuhnya. Jika diukur, suhunya bisa mencapai sekitar 38 derajat Celsius karena jumlah cairan yang dibutuhkan tubuhnya tidak terpenuhi.
Seperti layaknya orang dewasa, gejala dehidrasi pada bayi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuhnya. Jika diukur, suhunya bisa mencapai sekitar 38 derajat Celsius karena jumlah cairan yang dibutuhkan tubuhnya tidak terpenuhi.
g. Berat
badan turun
Bila BB bayi turun semakin banyak,
yaitu 5-10 persen dari BB asalnya, berarti dehidrasi bayi sudah meningkat ke
taraf sedang.
3. Dehidrasi
berat
a. Napas
dan denyut jantung cepat
Pada dehidrasi berat, gejala fisik
yang terlihat merupakan kelanjutan dari gejala dehidrasi sedang. Gejala itu
akan lebih nyata seluruhnya disusul kesadaran anak menurun, napas jadi cepat,
dan denyut jantung meningkat.
b. Hilang
kesadaran
Karena cairan yang sangat
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ
tubuh, terutama otak yang mengatur pola kerja tubuh akan terganggu. Kala otak
tak berfungsi sempurna maka banyak bayi hilang kesadarannya.
c. Berat
badan turun drastis
Dalam waktu 24 jam, bayi butuh
cairan sebanyak 100 cc/kg BB-nya. Namun ketika mengalami dehidrasi berat,
pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan saat itu, yakni bisa
mencapai 200-250 cc/kg BB dalam sehari. Hal inilah yang membuat BB bayi bisa
turun drastis, yaitu lebih dari 10 persen BB asalnya.
E.
PENANGANAN
Bayi yang
mengalami dehidrasi harus ditangani dengan tepat dan cepat. Bila tidak, dapat
membahayakan nyawanya. Prinsip penanganan dehidrasi adalah dengan rehidrasi
baik lewat oral (mulut) atau melalui pembuluh darah (infus). Pada keadaan diare
dengan dehidrasi ringan-sedang, walaupun rehidrasi yang dilakukan masih lewat
oral (oralit atau larutan lainnya), sebaiknya anak ditangani di tempat
pelayanan kesehatan (Rumah sakit, Klinik, atau Puskesmas) karena keadaan anak
harus betul-betul dipantau, apakah bertambah baik atau tidak, atau apakah
rehidrasi yang dilakukan sudah harus melalui pembuluh darah. Jika karena pertimbangan
tertentu anak belum dapat di bawa ke tempat pelayanan kesehatan, berikut
sedikit gambaran yang dapat dilakukan:
1. Pastikan
derajat dehidrasi anak (menggunakan klasifikasi diatas). Hal ini untuk menilai
bahwa anak belum jatuh ke dehidrasi berat
2. Pada
bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri
ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
3. Jika anak memperoleh ASI eksklusif,
beri oralit atau air matang sebagai carian tambahan
4. Jika anak tidak memperoleh ASI
eksklusif, beri satu atau lebih cairan berikut : Oralit, cairan makanan (kuah
sayur, air tajin) atau air matang. Memberi banyak cairan
pada bayi merupakan pertolongan pertama saat bayi mengalami dehidrasi. Oralit
dapat diberikan dengan takaran yang tepat. Dalam 3 jam pertama, berikan oralit
sebanyak 75 ml/kg berat badan dari anak. Misalkan berat badan anak 10 kg, maka
dalam tiga jam pertama cairan oralit yang harus diberikan sebanyak 750 ml (+
3 ½ gelas). Atau dapat menggunakan tabel berikut:
Umur
|
S/d
4 bln
|
4-12
bln
|
12-24
bln
|
2-5
thn
|
Berat badan
|
< 6 kg
|
6-10 kg
|
10-12 kg
|
12-19 kg
|
Jumlah cairan yang diberi dalam 3
jam pertama
|
200-400 ml
|
400-700 ml
|
700-900 ml
|
900-1400 ml
|
(Sumber:
Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit – WHO)
Tanpa takaran akurat, oralit justru
membahayakan karena kandungan garamnya yang masih kental dikhawatirkan malah
akan meningkatkan dehidrasi. Pasalnya garam yang pekat akan “menarik” air dari
dalam sel-sel tubuh.
5. Untuk
anak yang kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 – 200 air
matang selama periode ini
6. Evaluasi
setelah 3 jam, untuk menilai dan mengklasifikasi kembali derajat dehidrasinya
dan menentukan tindakan selanjutnya
7. Lanjutkan
pemberian ASI
8. Beri
tablet Zinc sesuai aturan bila dehidrasi
disebabkan oleh diare
9. jika
ibu ragu atau keadaan anak tidak lebih baik, jangan tunda lagi, segera bawa ke dokter dan tempat pelayanan
kesehatan. Segera membawa bayi ke dokter merupakan tindakan bijaksana untuk
mendapatkan penanganan lebih intensif. Bila terjadi kegawatan, seperti bayi
hilang kesadaran, semakin kurus, pucat, napas cepat, detak jantung cepat,
larikan segera ke unit gawat darurat rumah sakit agar penanganan yang lebih
intensif bisa segera dilakukan.
F. PENCEGAHAN
Diare yang
menjadi penyebab utama dehidrasi, bisa dicegah. Caranya dengan menjaga
kebersihan, baik makanan, peralatan makan, mainan, dan lingkungan di mana bayi
berada. Dianjurkan agar kita melakukan hal-hal berikut:
1. Jaga
kebersihan
a. Botol
susu harus selalu steril saat akan digunakan karena jika terpapar kuman sedikit
saja bisa menimbulkan penyakit mengingat daya tahan tubuh bayi masih lemah.
b. Jangan
memberikan botol susu yang sudah terjatuh ke lantai kepada bayi tanpa
disterilisasi kembali terlebih dulu.
c. Buanglah
ASI perasan atau susu formula yang tersisa di botolnya jika tidak diminum lagi
setelah satu jam.
d. Cuci
tangan bayi sesering mungkin dengan air bersih karena bayi masih senang
memasukkan tangannya ke dalam mulut.
e. Pastikan
makanan yang disuapkan pada bayi bebas kuman.
2. Gizi
seimbang
Dengan gizi seimbang daya tahan
tubuh bayi bisa meningkat sehingga tak mudah terserang penyakit. Hal yang bisa
dilakukan yaitu memberikan ASI pada bayi baru lahir karena ASI merupakan
makanan komplet gizi yang sangat baik untuk bayi. Itulah mengapa ibu dianjurkan
memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga usianya 6 bulan. Apalagi di
saat-saat awal produksi ASI, kolostrum yang keluar sebelum ASI sangat baik bagi
bayi karena mengandung banyak antibodi, protein, mineral, dan vitamin A. “Ini
adalah makanan terbaik buat bayi yang tidak bisa didapat dari makanan lain.
3. Sediakan obat
Banyak hal yang terjadi pada bayi
yang baru lahir, entah demam, flu, batuk, atau diare. Untuk itu sediakan
obat-obatan, seperti obat penurun panas dan antidiare untuk diberikan sebagai
penanganan pertama bila si kecil sakit.
No comments:
Post a Comment